Skenario pertumbuhan ekonomi menuju 8% dalam RPJMN 2025-2029 lebih didasarkan pada harapan daripada strategi yang jelas dan terukur, sehingga target tersebut berisiko besar tidak tercapai.
Oleh: Awalil Rizky
(Ekonom Bright Institute)
SKENARIO pertumbuhan ekonomi menuju 8% akhirnya disajikan dalam dokumen Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, pada lampiran I dari Perpres No.12/2025. Diharapkan pertumbuhan 5 tahun ke depan: 5,3% (2025), 6,3% (2026), 7,5% (2027), 7,7% (2028), dan 8,0% (2029).
Narasi strategi agar target pertumbuhan tercapai tampak tidak memadai dalam dokumen RPJMN. Sebagian besar berupa pernyataan keinginan dan harapan, kurang terlihat keterkaitan langkah dan kebijakan yang akan diambil untuk mewujudkannya. Baik dilihat dari sisi sektoral (lapangan usaha), maupun sisi komponen pengeluaran.
Sebagai contoh, RPJMN 2025-2029 menargetkan pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,20% (2025) menuju 3,46% (2029). Sementara itu, realisasi pada 2011-2024 tumbuh rata-rata 3,10%. Pada 3 tahun terakhir (2022-2024) hanya 1,41%.
Dengan demikian, target terbilang cukup tinggi dan narasi strateginya kurang memadai untuk mendukung. Umpama sesuai rencana pun, tampak bahwa sektor pertanian belum diutamakan mendukung target 8%.
RPJMN 2025-2029 menargetkan pertumbuhan sektor industri pengolahan sebesar 5,50% (2025) menuju 8,14% (2029). Realisasi rata-rata pertumbuhan pada 2011-2024 sebesar 4,02%. Sedang 3 tahun terakhir (2022-2024) sebesar 4,65%.
Target itu terbilang sangat tinggi, butuh reindustrialisasi signifikan. Padahal, era Jokowi yang menargetkan hal ini ternyata gagal. Jika strategi dan kebijakan lebih bersifat melanjutkan, maka terancam akan gagal pula.
RPJMN 2025-2029 menargetkan pertumbuhan sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 5,52% (2025) menuju 7,51% (2029). Realisasi rata-rata pertumbuhan pada 2011-2024 sebesar 2,09%. Sedang 3 tahun terakhir (2022-2024) memang meningkat menjadi 5,14%.
Target RPJMN tampak cukup tinggi, dan mensyaratkan peran sektor ini meningkat. Padahal, kondisi sektor ini sangat bergantung pada dinamika pasar global. Ditambah lagi, bagaimana mungkin mengklaim transformasi jika yang diandalkan adalah sektor primer lagi.
RPJMN 2025-2029 menargetkan pertumbuhan sektor Konstruksi sebesar 7,65% (2025) menuju 9,64% (2029). Realisasi rata-rata pertumbuhan pada 2011-2024 sebesar 5,17%. Sedang 3 tahun terakhir (2022-2024) turun menjadi 4,65%. Target RPJMN yang tinggi, mensyaratkan intensitas pembangunan infrastruktur yang jauh melebihi era Jokowi.
RPJMN 2025-2029 menargetkan pertumbuhan sektor Perdagangan sebesar 4,96% (2025) dan 7,00% (2029). Realisasi rata-rata pertumbuhan pada 2011-2024 sebesar 4,42%. Sedang 3 tahun terakhir (2022-2024) sebesar 5,08%.
Target RPJMN tampak cukup tinggi, mensyaratkan ekonomi tumbuh dan dinamis. Bisa dikatakan, sektor ini lebih merupakan “akibat” pertumbuhan sektor lain dibanding pendorong sektor lainnya. Target tidak akan tercapai jika target pertumbuhan sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi dan pertambangan tidak terpenuhi.
Sementara itu dilihat dari target sisi komponen pengeluaran, terkesan pula lebih sebagai harapan. Target pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga RPJMN 2025-2029 tampak cukup tinggi. Namun, prakiraan 2024 sebagai baseline ketika disusun saja telah meleset. Dari 5,14% ternyata hanya 4,94%. Targetnya tumbuh sebesar 5,14% pada 2025 menuju 7,27% pada 2029.
Padahal, pada era Jokowi yang tertinggi hanya tumbuh 5,05% pada 2018. Secara rata-rata tumbuh sebesar 4,30% pada 2011-2024. Sedang 3 tahun terakhir (2022-2024) sebesar 4,90%. Ditambah banyak pihak telah menilai sedang terjadinya penurunan daya beli masyarakat.
Target pertumbuhan Konsumsi Pemerintah pada RPJMN 2025-2029 juga cukup tinggi. Pada tahun 2024 memang tumbuh 6,61%, karena didorong oleh pilpres, pileg dan pilkada. Namun, rencana efisiensi anggaran yang amat signifikan akan menjadi kendala ke depannya.
Secara rata-rata tumbuh sebesar 3,21% pada 2011-2024. Sedang 3 tahun terakhir (2022-2024) sebesar 1,74%. Dengan demikian target tahun 2025 tumbuh 6,66% sudah berat, apalagi menuju tumbuh 8,49% pada 2029.
Target pertumbuhan Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada RPJMN 2025-2029 terbilang sangat tinggi. Target tahun 2025 tumbuh 5,61%, terus meningkat menjadi 9,65% pada 2029. Padahal era 2020-2024 selalu di bawah 5%. Era Jokowi hanya pada 2017-2018 yang di atas 6%. Secara rata-rata pun, era 2011-2024 hanya bisa tumbuh 4,66%.
Secara umum, penulis mencermati dokumen RPJMN 2025-2029 lampiran I berkesimpulan tidak ada skenario yang jelas dan meyakinkan untuk tumbuh menuju 8%. Narasinya normatif dan dipenuhi dengan keinginan atau sekadar harapan. Harapan tumbuh 8% yang didukung oleh harapan atas rincian penunjangnya. []