Barisandata.co
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisandata.co
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil

Beranda » Penarikan Utang Bruto Sebesar 1.600 Triliun dan Posisi Utang Mencapai 10.360 Triliun

Penarikan Utang Bruto Sebesar 1.600 Triliun dan Posisi Utang Mencapai 10.360 Triliun

25/09/2025
Waktu membaca: 4 menit
A A
utang pemerintah makin membebani

Awalil Rizky (Foto: Barisandata/Thomi).

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Kenaikan pembiayaan utang melebihi defisit karena pengeluaran investasi, sementara rasio defisit terhadap PDB naik menjadi 2,68%, menandai pelebaran beban fiskal.

Oleh: Awalil Rizky
(Ekonom Bright Institute)

PEMBAHASAN Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2026 telah sampai tahap kesepakatan antara DPR dengan Pemerintah menjadi Undang-Undang. Postur APBN 2026 pun telah ditetapkan.

Terdapat beberapa perubahan postur dari RAPBN menjadi APBN 2026. Pendapatan bertambah dari Rp3.147,68 triliun menjadi Rp3.153,58 triliun. Belanja bertambah dari Rp3.786,49 triliun menjadi Rp3.842,73 triliun. 

Dengan demikian, Defisit Anggaran makin melebar dari Rp638,81 triliun menjadi Rp689,15 triliun. Dilihat dalam besaran rasio atas Produk Domestik Bruto (PDB), meningkat dari 2,48% menjadi 2,68%. Untuk mengatasi atau membiayainya, Pemerintah mengandalkan utang.

Bahkan, Pemerintah merencanakan berutang lebih banyak dari besaran defisit. Antara lain karena ada pengeluaran pembiayaan yang bersifat investasi, yang tidak masuk kategori belanja. Rencana berutang dicerminkan oleh item pembiayaan neto APBN 2026 yang mencapai Rp832,21 triliun.

Pendapatan dan Belanja

Kesepakatan panja yang menambah target pendapatan secara otomatis menaikan target kenaikan menjadi 10,05% dari outlook realisasi APBN 2025 yang sebesar Rp2.865,5 triliun. Target RAPBN semula saja bisa dikatakan terlampau optimis, apalagi dengan penetapan baru tersebut. Seolah, perekonomian tahun depan jauh lebih baik dari tahun ini. 

Pendapatan Negara selama dua dekade terakhir memang cenderung meningkat, kecuali pada 2020 saat pendemi covid. Pada era Presiden SBY tercatat rata-rata mencapai 15,24% per tahun. Pada era Presiden Jokowi pertama, rata-rata kenaikan menurun hingga sebesar 5,01% per tahun. Kenaikan pada tahun 2024 sebesar 2,40% dan outlook 2025 hanya 0,05%.

Perlu diketahui bahwa pendapatan negara merupakan hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Penekanan pada kata nilai kekayaan bersih untuk membedakannya dengan penerimaan yang tidak menambahi. Contohnya, penarikan utang merupakan penerimaan namun bukan pendapatan.

Belanja Negara selama dua dekade terakhir memang cenderung meningkat, dengan laju kenaikan yang berfluktuasi. Pada era Presiden SBY tercatat rata-rata mencapai 15,79% per tahun. Pada era Presiden Jokowi pertama, rata-rata kenaikan menurun hingga sebesar 5,42% per tahun. Meningkat pada periode kedua karena pandemi covid, mencapai 7,86% per tahun.

Kesepakatan panja yang menambahi besaran belanja membuat peningkatan menjadi sebesar 8,94% dibanding outlook APBN 2025. Lebih tinggi dibanding kenaikan beberapa tahun terakhir. Tidak cukup mencerminkan opini efisiensi yang digaungkan belakangan ini. 

Belanja negara didefinisikan sebagai kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Pengertian ini mencakup semua pengeluaran negara dalam satu tahun anggaran yang bersifat mengurangi ekuitas dana lancar dan merupakan kewajiban negara. Tidak termasuk jenis pengeluaran yang dikategorikan sebagai pembiayaan.

penarikan utang

Defisit dan Pembiayaan Utang 

Defisit APBN 2026 sebesar Rp689,15 triliun diasumsikan merupakan 2,68% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika terealisasi maka dua tahun pertama era Presiden Prabowo ditandai rasio defisit yang lebih lebar dibandingkan masa lalu, kecual saat pandemi covid 2020 dan 2021.

Rata-rata rasio defisit pada era Presiden SBY (2005-2014) hanya sebesar 1,19%. Pada era Jokowi pertama (2015-2019) meningkat menjadi 2,32%. Saat pandemi, melonjak menjadi 6,14% (2020) dan 4,57% (2021). Kemudian bisa diturunkan menjadi 2,35% (2022), 1,61% (2023) dan 2,30% (2024).

Untuk mengatasi atau membiayai defisit diperlukan penerimaan pembiayaan dengan nilai setara, yang disebut sebagai item pembiayaan anggaran.

Pembiayaan dalam APBN didefinisikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Dengan demikian, pembiayaan dapat bersifat pengeluaran atau pun penerimaan. Item atau numenklatur dinyatakan dalam nilai bersih atau neto keduanya.

Sebagai contoh, yang disebut pembiayaan utang besifat penerimaan karena menerima dana dari transaksi berutang, sedangkan pelunasannya bersifat pengeluaran. Contoh lainnya, pengeluaran yang berakibat perolehan pembayaran kembali di waktu mendatang seperti investasi.

APBN 2026 menetapkan defisit dan pembiayaan anggaran sebesar Rp689,15 triliun. Terdiri dari pembiayaan utang sebesar Rp832,21 triliun yang bersifat penerimaan, dan pembiayaan nonutang sebesar Rp143,06 triliun yang bersifat pengeluaran. Pembiayaan nonutang antara lain pembiayaan investasi dan pemberian pinjaman.

Pembiayaan utang sebenarnya adalah tambahan utang neto selama setahun anggaran. Disebut neto atau nilai bersih karena memperhitungkan penerimaan dari penarikan utang baru dan pembayaran pokok utang lama.

Pembiayaan utang APBN 2026 meningkat dari yang diusulkan pada RAPBN, karena ada pelebaran defisit. Direncanakan akan diperoleh dari Surat Berharga Negara neto sebesar Rp799,53 triliun dan pinjaman sebesar Rp32,67 triliun.

Tidak disajikan nilai pelunasan pokok utang yang akan dibayar selama setahun nanti. Dari berbagai informasi tentang utang jatuh tempo, diprakirakan sekitar Rp800 triliun. Dengan demikian, penarikan utang baru bruto akan mencapai Rp1.600 triliun.

Posisi utang pemerintah sendiri sebesar Rp8.813 triliun per 31 Desember 2024. Sementara itu, outlook pembiayaan utang neto APBN 2025 sebesar Rp715,5 triliun dan pada APBN 2026 sebesar Rp832,2 triliun.  Dengan demikian, posisi utang akhir 2026 akan mencapai Rp10.360 triliun. []

Tags: APBN 2026Awalil RizkyUtang Pemerintah
Share2Tweet2Send

Pos Terkait

Infrastruktur
Analisis

Kondisi SAL Disebabkan Berutang Ugal-ugalan

15/09/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Saldo Anggaran Lebih (SAL) Menjadi Andalan Purbaya

14/09/2025
Infrastruktur
Analisis

BPS Belum Menyesuaikan Ukuran Miskin Ekstrem

28/07/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Dialokasikan Sebagai Anggaran Pendidikan Namun Tidak Terealisasi

24/07/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Utang Sektor Publik Mencapai 20.000 Triliun

17/07/2025
Infrastruktur
Analisis

Belanja Negara Kurang Mendukung Pertumbuhan Ekonomi

07/07/2025

Terkini

utang pemerintah makin membebani
Analisis

Penarikan Utang Bruto Sebesar 1.600 Triliun dan Posisi Utang Mencapai 10.360 Triliun

Oleh Awalil Rizky
25/09/2025

Penarikan Utang Bruto Sebesar 1.600 Triliun

BacaDetails
Infrastruktur

Kondisi SAL Disebabkan Berutang Ugal-ugalan

15/09/2025
utang pemerintah makin membebani

Saldo Anggaran Lebih (SAL) Menjadi Andalan Purbaya

14/09/2025
Infrastruktur

BPS Belum Menyesuaikan Ukuran Miskin Ekstrem

28/07/2025
utang pemerintah makin membebani

Dialokasikan Sebagai Anggaran Pendidikan Namun Tidak Terealisasi

24/07/2025

Panel Interaktif

Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah?
Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah?
Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri?
Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri?
Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur?
Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur?
Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia
Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia
Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi?
Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi?
Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah
Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah
Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket?
Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket?
Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa?
Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa?
Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir
Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir
Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023
Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial
Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024
Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024
Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa?
Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa?
Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang
Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Disclaimer

Barisandata.co © 2024 hak cipta dilindungi undang-undang.

Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah

Barisandata.co © 2024 hak cipta dilindungi undang-undang.

Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah? Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri? Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur? Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi? Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket? Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa? Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024 Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa? Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?