Ekonomi Indonesia tumbuh tanpa andalan sektor yang memiliki efek pengganda.
STRUKTUR ekonomi suatu negara terutama digambarkan oleh distribusi sektor-sektor ekonomi dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Struktur PDB Indonesia terkini dan perkembangan selama belasan tahun terakhir mengindikasikan struktur ekonomi yang tidak kuat, bahkan rapuh.
Struktur yang kuat dalam konteks perekonomian Indonesia harus tecermin dalam cukup banyaknya ragam atau jenis barang dan jasa yang diproduksi. Sebagiannya harus mampu menjadi andalan. Andalan dimaksud memiliki nilai tambah yang besar, bisa diekspor secara berkelanjutan, serta berefek pengganda bagi pertumbuhan ekonomi.
Struktur yang kuat bagi perekonomian Indonesia juga perlu dikaitkan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. Sektor ekonomi yang menjadi andalan harus bisa menciptakan lapangan kerja yang cukup luas, serta mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat kebanyakan.
Dilihat dari cara pandang demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama satu dekade ini tidak berhasil menciptakan struktur ekonomi yang kuat. Ekonomi tumbuh tanpa andalan sektor yang memiliki efek pengganda, seolah beberapa sektor secara bergantian saja menopang pertumbuhan. Komoditas yang bernilai ekspor cukup besar juga amat terbatas dan sangat bergantung pada harga dunia.
Beberapa sektor yang mampu tumbuh tinggi dan memberi kontribusi lumayan pada pertumbuhan ekonomi tampak tidak mampu menyumbang pada nilai ekspor, atau amat minimal. Sebagai contoh adalah sektor informasi dan komunikasi, sektor transportasi dan pergudangan, dan jasa perusahaan.
Industri pengolahan yang diharapkan menjadi penopang utama perekonomian justeru hanya tumbuh rendah. Lajunya selalu di bawah pertumbuhan ekonomi. Porsinya dalam struktur produksi pun makin menurun, meski masih yang terbesar saat ini.
Porsinya yang sebesar 22,04% pada tahun 2010, turun menjadi 21,08% pada tahun 2014 dan 19,70% pada tahun 2019. Penurunan porsi terus berlanjut, meski lebih perlahan, hingga sebesar 18,67% pada tahun 2023.
Kondisinya diperburuk oleh fakta bahwa subsektor industri pengolahan yang berporsi besar dan mampu tumbuh tinggi justeru industri makanan dan minuman. Padahal, subsektor ini belum bisa diandalkan menjadi penggerak sektor ekonomi keseluruhan dan nilai ekspornya masih kecil.
Industri pengolahan seharusnya tumbuh pesat dan porsinya meningkat signifikan dalam proses pembangunan ekonomi yang baik. Perannya diharapkan menggantikan sektor pertanian yang memang lazim menurun dalam transformasi ekonomi suatu negara.
Porsi sektor pertanian dalam PDB atau struktur ekonomi menurun. Seharusnya terjadi perpindahan sumber daya terutama tenaga kerja, dari sektor pertanian ke industri pengolahan.
Transformasi yang terjadi di Indonesia selama tiga dekade, terutama sepuluh tahun terakhir memang ditandai oleh menurunnya peran sektor pertanian. Namun tidak berhasil digantikan oleh sektor industri secara memadai. Pekerja sektor pertanian tercatat masih yang terbanyak.
Penurunan peran sektor pertanian dalam suatu transformasi ekonomi yang berhasil bukan berarti tumbuhnya melambat. Apalagi dalam negara berpenduduk banyak seperti Indonesia. Faktanya, sektor pertanian tumbuh sangat rendah, namun masih menyerap tenaga kerja yang sangat banyak. Wajar jika hampir separuh penduduk miskin memiliki kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian.
Porsi sektor pertanian dalam PDB bertahan di kisaran 12-13% sejak tahun 2005, dan masih sebesar 12,53% pada tahun 2023. Padahal, sektor pertanian masih menampung 28,21% dari total pekerja pada Agustus 2023.
Ciri lain dari struktur ekonomi Indonesia yang tidak kuat adalah kembali membesarnya peran atau porsi sektor Pertambangan dan Penggalian selama 3 tahun terakhir. Porsinya atas PDB sebesar 10,52% pada tahun 2023, dan bahkan sempat mencapai 12,22% pada tahun 2022. Padahal, sektor ini hanya mempekerjakan 1,19% dari total pekerja per Agustus 2023. []
Discussion about this post