Barisandata.co
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisandata.co
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil

Beranda » Rupiah Sedang Menuju Keseimbangan Baru

Rupiah Sedang Menuju Keseimbangan Baru

Oleh Yanuar Rizky
22/04/2024
Waktu membaca: 3 menit
A A
Rupiah

Yanuar Rizky (Foto: Barisandata/Thomi).

-
00:00
00:00

Antrean

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Rupiah barangkali akan menemui keseimbangan baru dengan volatilitas hingga mencapai Rp16.500.

NILAI tukar rupiah atas dolar terutama ditentukan oleh transaksi ekspor impor barang dan jasa, serta dinamika pasar keuangan. Secara keseluruhan, Indonesia berposisi net importir barang konsumsi, maka secara alamiah kebutuhan atau permintaan akan dolar Amerika memang besar. Dolar Amerika merupakan ruling currency perdagangan antar-negara di sistem Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT).

Sebagai informasi, SWIFT merupakan organisasi yang didirikan di Brussel pada tahun 1973 untuk menetapkan beberapa proses dan standar umum untuk transaksi keuangan. SWIFT membangun sistem yang menyediakan jaringan aman yang memungkinkan lebih dari 10.000 lembaga keuangan di 212 negara berbeda saling mengirim dan menerima informasi tentang transaksi keuangan. SWIFT membuat dinamika pasar keuangan global menjadi sangat terhubung dan berlangsung cepat.

Dalam dinamika pasar keuangan, secara teknikal yang berpengaruh besar pada nilai tukar mata uang suatu negara adalah selisih yield obligasi pemerintah antar-negara di pasar keuangan. Pada sisi ini, kupon Surat Utang Negara (SUN) Indonesia saat diterbitkan terkoreksi hingga memiliki yield rata-rata di kisaran 6,7%. Ketika fed rate memicu yield US Treasury ke kisaran 4,5–5%, maka tidak diperlukan koreksi yang besar lagi. Oleh karenanya, dibanding negara dengan kupon yang diterbitkan rendah, maka tekanan arus modal keluar dari Indonesia tidak cukup signifikan.

Pelemahan Rupiah akan Berlanjut

Ada pula hubungan antara pelemahan rupiah dengan kondisi geopolitik. Terkait perang Iran dan Israel saat ini timbul persepsi kenaikan inflasi energi, terutama naiknya harga minyak. Persepsi demikian akan menjadi faktor utama mendorong ekpektasi tingkat bunga global (yield) untuk terus naik. 

Pada giliran berikutnya cenderung menguatkan nilai tukar dolar terhadap seluruh mata uang, termasuk rupiah.

Dalam kondisi demikian, pelemahan rupiah yang sedang berlangsung masih akan berlanjut. Salah satu penjelasan teknisnya dalam aspek pasar keuangan berupa perbandingan antara volatilitas nilai tukar rupiah dengan yield penerbitan SUN. Volatilitas tahunan nilai tukar di kisaran 6%, namun bunga kupon penerbitan SUN masih selalu di atas 6%.

Sejak krisis tahun 2008, volatilitas tahunan nilai tukar bisa dikelola kisaran 6%, sehingga inflasi tahunan juga bisa dikendalikan cukup rendah. Meski inflasi cukup terkendali, tetapi sebenarnya harga barang secara akumulasi selama beberapa tahun meningkat cukup tinggi. Akan tetapi, batas bawah volatilitas rupiah terus meningkat, dari kisaran Rp10 ribu pada tahun 2008 menjadi kisaran Rp16 ribu pada saat ini.

Kondisi rupiah terhadap dolar (update 22 April 2024).

Barangkali akan terjadi koreksi rupiah lagi menuju keseimbangan baru. Batas bawahnya kemungkinan sekitar Rp16.000 dengan volatilitas ke Rp16.500. Diingatkan bahwa fakta sebenarnya rupiah telah melemah sekitar 6.000 poin atau 60 persen dari tahun 2008.

Secara teknis, kemungkinan terjadinya hal serupa krisis moneter tahun 1998 tidaklah besar. Namun, di sisi lain kondisinya jauh lebih kompleks dengan keterhubungan global makin erat. Tidak tertutup isu geopolitik mengakibatkan doomsday scenario yang bisa menyulut krisis yang lebih kompleks.

Pada saat bersamaan, kondisi politik dalam negeri Indonesia tidak bisa dikatakan sedang baik-baik saja, yang meningkatkan country risk. Isu tata kelola konflik kepentingan seperti era Orde Baru dan dominasi oligarki makin mengemuka. Termasuk wapres terpilih yang memiliki beban problematik konstitusi.

Dari sisi perbankan, Indonesia memiliki pengalaman soal kecukupan modal perbankan (CAR) tahun 1998 yang rontok karena kredit sindikasi oligarki ke perbankan luar negeri atau belanja barang modal berdenominasi dolar. Sedangkan pada saat ini CAR perbankan lebih ditentukan oleh harga SUN.

Sementara itu, harga SUN akan turun jika yield naik. Terkait ini, patut diwaspadai pengaruh kebijakan Bank Sentral Jepang yang akan menaikan suku bunga menjadi positif. Selama ini, menerapkan suku bunga negatif selama belasan tahun. Hal tersebut akan menjadi ancaman serius berupa efek berantai naiknya yield surat utang Asia, termasuk China Treasury. Selanjutnya akan membuat yield SUN akan terkoreksi dibanding dampak fed rate (US Treasury).

Harus diakui bahwa bunga kupon (yield) SUN yang tinggi telah menjadi pagar pengaman Indonesia menjadi salah satu negara paling minimal terdampak selama ini dinamika fed rate. Biayanya antara lain memang berupa harga atau nilai tukar rupiah makin murah. Rupiah telah cenderung terkoreksi ke kurs batas bawah yang cukup tinggi.

Bagaimanapun, yield SUN yang terus naik dan harga SUN yang terus turun memang merupakan mitigasi risiko moneter yang harus ditempuh otoritas. Wajar jika kebijakan moneter demikian akan dilanjutkan atau dipertahankan.

Hanya saja, kebijakan moneter demikian harusnya disertai kebijakan fiskal dan kebijakan sektor riil yang mengurangi dampak buruknya. Antara lain dengan meningkatkan secara sungguh-sungguh efektivitas belanja fiskal sebagai instrumen perbaikan struktural ekonomi. 

Sedangkan dalam kebijakan riil, maka salah satu agenda mendesak dalam hal ini adalah reforma agraria. Tidak sekadar teknis membagi tanah apalagi hanya sertifikat, melainkan dalam arti politik ekonomi yang luas. Negara harus membenahi kembali soal pengelolaan tanah, air, dan daya kerja pertanian sebagai basis ekonomi perdesaan serta usaha mikro dan kecil. []

Tags: Ekspor ImporNilai Tukar RupiahPelemahan Rupiah
Share24Tweet15Send
Yanuar Rizky

Yanuar Rizky

Memulai karier di kantor akuntan publik Arthur Andersen–Prasetio Utomo & Co pada tahun 1997. Pernah menjabat sebagai Komisaris PT Pupuk Indonesia (Persero). Aktif menjadi pembicara atas masalah politik ekonomi, sistem informasi, akuntansi, dan pasar modal.

Pos Terkait

Pertanian
Analisis

Defisit Anggaran Lebar dan Berutang Lebih Banyak

28/05/2025
Fiskal
Analisis

Pengakuan Kondisi Ekonomi Berdasar Proyeksi Pendapatan Negara KEM-PPKF 2026

24/05/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Produksi Pangan 2024 Turun Drastis

17/05/2025
Fiskal
Analisis

Masyarakat Mulai Khawatir Masa Depan Ekonominya

11/05/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Pengangguran Turun, Tetapi Kondisi Pekerja Memburuk

06/05/2025
Transaksi Internasional
Analisis

Gudang Improvisasi Prabowo Untuk Apa?

05/05/2025

Terkini

Pertanian
Analisis

Defisit Anggaran Lebar dan Berutang Lebih Banyak

Oleh Awalil Rizky
28/05/2025

Di tengah klaim optimisme fiskal, pemerintah justru merancang defisit anggaran yang lebar dan utang yang makin menumpuk hingga 2029. Oleh:...

BacaDetails
Fiskal

Pengakuan Kondisi Ekonomi Berdasar Proyeksi Pendapatan Negara KEM-PPKF 2026

24/05/2025
utang pemerintah makin membebani

Produksi Pangan 2024 Turun Drastis

17/05/2025
Fiskal

Masyarakat Mulai Khawatir Masa Depan Ekonominya

11/05/2025
utang pemerintah makin membebani

Pengangguran Turun, Tetapi Kondisi Pekerja Memburuk

06/05/2025

Panel Interaktif

Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah?
Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah?
Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri?
Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri?
Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur?
Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur?
Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia
Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia
Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi?
Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi?
Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah
Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah
Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket?
Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket?
Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa?
Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa?
Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir
Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir
Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023
Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial
Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024
Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024
Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa?
Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa?
Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang
Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Disclaimer

Barisandata.co © 2024 hak cipta dilindungi undang-undang.

Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah

Barisandata.co © 2024 hak cipta dilindungi undang-undang.

Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah? Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri? Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur? Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi? Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket? Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa? Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024 Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa? Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?