Barisandata.co
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisandata.co
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil

Beranda » Dua Catatan Besar dari World Water Forum Indonesia

Dua Catatan Besar dari World Water Forum Indonesia

Oleh Yanto PhD
21/05/2024
Waktu membaca: 3 menit
A A
World Water Forum

Yanto PhD (Foto: Barisandata/Thomi).

-
00:00
00:00

Antrean

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

World Water Forum diharap mampu menyelesaikan permasalahan air di dunia maupun di Indonesia, bukan malah memperkeruhnya.

PRESIDEN Joko Widodo mengeluarkan sejumlah pernyataan penting dalam sambutannya di World Water Forum ke-10 yang digelar di Bali.

Setidaknya, ada dua hal besar yang dapat dimengerti dalam satu tarikan napas yang patut mendapat perhatian khusus: pembangunan infrastruktur air dan privatisasi.

Presiden menerangkan dalam 10 tahun terakhir Indonesia sudah memperkuat infrastruktur air dengan membangun 42 bendungan, 1,18 juta hektare jaringan irigasi, 2.156 kilometer pengendali banjir dan pengamanan pantai, serta merehabilitasi 4,3 juta hektare jaringan irigasi. Kemudian, kalimat ini ia lanjutkan dengan pernyataan ajakan untuk berkolaborasi. 

Kita dapat menduga itu sebagai ajakan terarah kepada negara-negara lain untuk berinvestasi ke Indonesia. Jika dugaan ini benar, artinya akan ada privatisasi air, dan kita tahu privatisasi air selalu menyimpan masalah.

Pembangunan Infrastruktur

Kita bisa menguji pernyataan demi pernyataan Jokowi dalam pidatonya di World Water Forum. Pertama, soal pembangunan infrastruktur.

Indonesia adalah negara dengan curah hujan tahunan sebesar 2.700 mm. Kita menempati urutan ke-9 negara dengan curah hujan tertinggi. Artinya, kuantitas air yang tersedia di Indonesia lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduknya. 

Namun, ada juga banyak tempat di mana ketersediaan air sangat kurang. Dan masalah ini bisa diselesaikan dengan pemerataan pembangunan. Soal apakah pembangunan infrastruktur air sudah merata, di sinilah perlunya uji saintifik. 

Soal waduk misalnya. Zhang dan Gu dalam penelitiannya yang diterbitkan di jurnal Nature Scientific Data mencatat ada sebanyak 248 waduk (besar dan kecil) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebanyak 60% waduk dibangun di Pulau Jawa. Menyusul berikutnya adalah kepulauan Nusa Tenggara, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. 

Kenapa banyak sekali waduk di Pulau Jawa, mungkin karena pertimbangan jumlah penduduk. Faktanya, 56% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, dan ketersediaan air dapat mendorong aktivitas ekonomi mereka melalui peningkatan produksi.

Tetapi, waduk bukan hanya diperuntukkan melayani kebutuhan air. Waduk juga difungsikan untuk mengendalikan bencana banjir dan kekeringan. Tentang ini, menurut data BNPB, masih banyak kejadian banjir yang melanda wilayah-wilayah di pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Soal banjir, menurut data terakhir, ada 16.459 desa yang terdampak, sebanyak 4.730 (28,7%) desa berada di Pulau Sumatera, 4.503 (27,4%) desa di Pulau Jawa, 3.138 (19,1%) desa di Pulau Kalimantan, dan 2.286 (13,9%) desa di Pulau Sulawesi.

Soal kekeringan, dari 2.570 desa yang mengalami kekeringan, sebanyak 984 (38,3%) desa di Pulau Jawa, 584 (22,7%) desa di Pulau Sumatera, 185 (7,2%) desa di Pulau Kalimantan dan 142 (5,5%) desa di Pulau Sulawesi.

Data-data di atas menunjukkan bahwa banjir dan kekeringan terjadi di mana-mana. Tetapi pembangunan infrastruktur masih terpusat di Jawa. Ada yang salah dari kebijakan pemerintah? Ada yang salah dari kebijakan pemerintah.

Privatisasi Air

Privatisasi adalah salah satu faktor yang cukup signifikan dalam menjadikan akses terhadap air semakin sulit bagi masyarakat. Ketika sumber air dikelola secara privat, hal ini sering kali mengarah pada keuntungan finansial yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan, namun pada saat yang sama, masyarakat rentan menjadi korban. 

Banyak kasus di mana privatisasi air telah mengakibatkan kenaikan harga yang signifikan. Bahkan, hal itu tereskalasi hingga pada tingkat di mana akses terhadap air bersih menjadi sulit atau tidak terjangkau sama sekali bagi sebagian masyarakat.

Kita bisa melacak sejarah panjang tentang privatisasi air yang tidak pernah baik-baik saja. Masalah privatisasi terjadi di Umbul Senjoyo di Semarang, Sigedang di Klaten, Gunung Muria di Kudus, dan terjadi pula di Jakarta.

Upaya Presiden Jokowi melanjutkan privatisasi agaknya berlawanan dengan tren pemerintahan negara-negara dunia yang mulai mengelola air sendiri. Sedang ada proses di mana kontrol, kepemilikan, dan pengelolaan suatu bisnis yang sebelumnya dioperasikan oleh sektor swasta, dikembalikan kepada pemerintah atau sektor publik. Dalam istilah, proses ini dikenal sebagai remunisipalisasi.

Laporan sejumlah akademikus dari University of Glasgow berjudul Mapping Remunicipalisation: Emergent Trends in the Global Deprivatisation Process menunjukkan, ada sebanyak 1.561 kasus remunisipalisasi yang tersebar di 56 negara mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2022. Dari total tersebut, 343 kasus di antaranya adalah remunisipalisasi sektor air (di samping sektor energi, telekomunikasi, kesehatan, dan layanan pemerintah).

Buruknya kualitas pelayanan oleh swasta adalah alasan paling umum pemerintah melakukan remunisipalisasi. Alasan lainnya adalah tarif yang mahal, kacaunya tata kelola, transparansi, kondisi tenaga kerja, kebangkrutan, dan kekosongan arus investasi.

Kita mesti berharap World Water Forum yang tengah berlangsung di Bali dapat menyelesaikan persoalan-persoalan semacam ini, bukan malah membuatnya bertambah parah. []

Tags: InfrastrukturPertumbuhan EkonomiWorld Water ForumYanto PhD
Share2Tweet1Send
Yanto PhD

Yanto PhD

Ahli hidrologi Universitas Jenderal Soedirman | Peneliti Bright Institute.

Pos Terkait

Fiskal
Analisis

Pengakuan Kondisi Ekonomi Berdasar Proyeksi Pendapatan Negara KEM-PPKF 2026

24/05/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Produksi Pangan 2024 Turun Drastis

17/05/2025
Fiskal
Analisis

Masyarakat Mulai Khawatir Masa Depan Ekonominya

11/05/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Pengangguran Turun, Tetapi Kondisi Pekerja Memburuk

06/05/2025
Transaksi Internasional
Analisis

Gudang Improvisasi Prabowo Untuk Apa?

05/05/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Memahami Ukuran Kemiskinan BPS dan Bank Dunia

03/05/2025

Terkini

Fiskal
Analisis

Pengakuan Kondisi Ekonomi Berdasar Proyeksi Pendapatan Negara KEM-PPKF 2026

Oleh nairilink
24/05/2025

Pendapatan Negara KEM-PPKF 2026

BacaDetails
utang pemerintah makin membebani

Produksi Pangan 2024 Turun Drastis

17/05/2025
Fiskal

Masyarakat Mulai Khawatir Masa Depan Ekonominya

11/05/2025
utang pemerintah makin membebani

Pengangguran Turun, Tetapi Kondisi Pekerja Memburuk

06/05/2025
Transaksi Internasional

Gudang Improvisasi Prabowo Untuk Apa?

05/05/2025

Panel Interaktif

Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah?
Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah?
Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri?
Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri?
Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur?
Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur?
Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia
Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia
Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi?
Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi?
Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah
Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah
Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket?
Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket?
Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa?
Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa?
Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir
Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir
Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023
Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial
Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024
Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024
Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa?
Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa?
Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang
Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Disclaimer

Barisandata.co © 2024 hak cipta dilindungi undang-undang.

Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah

Barisandata.co © 2024 hak cipta dilindungi undang-undang.

Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah? Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri? Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur? Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi? Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket? Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa? Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024 Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa? Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?