Menteri Keuangan harus mampu menjawab masalah fundamental seperti pengangguran dan kemiskinan yang memburuk 10 tahun terakhir.
MANTAN Gubernur Bank Indonesia, Soedradjad Djiwandono, dalam satu wawancara menyebut Presiden Indonesia terpilih perlu sosok selain Sri Mulyani untuk duduk sebagai Menteri Keuangan.
Soedrajad menyebut tantangan Indonesia ke depan adalah potensi berulangnya krisis ’98, dan ia kurang percaya Sri Mulyani mampu mengatasinya.
”Harus lebih baik dari dia,” ujar Soedradjad.
Sementara itu, memasuki pertengahan Mei 2024, petinggi-petinggi partai mulai membicarakan kesempatan kader-kader mereka untuk jadi Menteri Keuangan. Hal ini—bersama dengan sejumlah alasan lain—membuat kemungkinan bagi Sri Mulyani untuk bertahan amat tipis.
Menurut penelusuran Tempo, salah satu petinggi partai Gerindra menyebut Menteri Keuangan adalah salah satu jabatan strategis yang tengah dilirik partainya. Nantinya, Gerindra akan mengajukan orang berlatar profesional untuk mengisinya.
Dalam konteks politik semacam itu, patut diyakini bukan hanya Gerindra yang sedang memikirkan hal yang sama. Dan belum satupun dari kita tahu apa yang sedang direncanakan Presiden RI terpilih Prabowo Subianto.
Di luar itu, sudah muncul desas-desus tentang sejumlah kandidat Menteri Keuangan. Nama-nama seperti Chatib Basri, Mahendra Siregar, Budi Gunadi Sadikin, Kartika Wirjoatmodjo, Bambang Brodjonegoro, dan Royke Tumilaar masuk dalam daftar ini.
Tugas Berat Menteri Berikutnya
Presiden terpilih Prabowo Subianto dan menteri di bidang ekonomi patut memulai dari gambar besar mengenai tidak berkualitasnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, sekurangnya dalam 10 tahun terakhir, di mana target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tidak pernah tercapai.
Pemeriksaan itu bisa menjadi mistar ukur untuk menilai bagaimana ekonomi ke depan. Lagi pula, slogan Prabowo dalam kampanye adalah tentang continuity, melanjutkan tata kelola presiden sebelumnya, yang dalam konteks ekonomi terbukti tidak bagus-bagus amat. Apakah ini yang akan Prabowo lanjutkan? Semoga bukan.
Dalam berbagai kesempatan, Prabowo Subianto sudah sangat yakin bisa membawa ekonomi Indonesia tumbuh di atas 8%. Ini keyakinan yang amat berlainan dengan proyeksi International Monetary Fund (IMF) bahwa Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi di bawah 5% hingga tahun 2028.
Proyeksi IMF untuk tahun 2024 sampai dengan 2028 adalah sebagai berikut: 4,95% (2024); 4,96% (2025); 4,96% (2026); 4,95% (2027); dan 4,96% (2028).
Maka, sosok menteri keuangan harus merupakan orang yang teguh. Ia perlu berkaca dari pengalaman 10 tahun terakhir, mempelajari proyeksi beberapa tahun ke depan, dan menerjemahkan keinginan besar sang presiden terpilih.
Menteri keuangan juga harus mampu menjawab masalah pengangguran, kemiskinan, geopolitik, dan lain sebagainya termasuk fundamental ekonomi yang paling berpengaruh seperti pertanian dan industri pengolahan. [adj]