Barisandata.co
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisandata.co
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil

Beranda » Defisit Tidak Selalu Berarti Ekspansif

Defisit Tidak Selalu Berarti Ekspansif

19/06/2025
Waktu membaca: 4 menit
A A
Infrastruktur

Infrastruktur

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Pemerintah mengklaim defisit kecil sebagai keberhasilan, tapi benarkah itu tanda ekonomi sehat?

Oleh: Awalil Rizky
(Ekonom Bright Institute)

PENJELASAN Menteri Keuangan atas kondisi defisit anggaran dalam realisasi sampai dengan 31 Mei 2025 tampak mendua. Diklaim sebagai berhasil mengendalikan defisit hanya sebesar Rp21 triliun dan masih sesuai rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang Rp616,2 triliun. Pada saat bersamaan dianggap masih tetap ekspansif, tearah, dan terukur.

Kinerja defisit tersebut sebenarnya lebih dikarenakan penurunan belanja yang bisa mengimbangi penurunan pendapatan. Belanja Negara mengalami kontraksi 11,26%, sedangkan Pendapatan Negara kontraksi sebesar 11,41%. 

Penurunan belanja dalam kondisi pendapatan yang demikian bisa dikatakan cukup baik. Akan tetapi diklaim sebagai ekspansif dan shock absorber menjadi tampak berlebihan. Penurunan belanja itu berarti tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Terindikasi dari turunnya laju pertumbuhan ekonomi triwulan I-2025.

Bahkan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi Triwulan I-2025, konsumsi Pemerintah memberi kontribusi minus 0,08% poin dari pertumbuhan yang sebesar 4,87%. Laju pertumbuhannya secara tahunan (y-on-y) pun terkontraksi 1,38%. Menjadi satu-satunya komponen pengeluaran pada Produk Domestik Bruto yang kontraksi.

Cakupan konsumsi pemerintah memang tidak hanya APBN, melainkan juga lembaga negara lainnya serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Bagaimanapun, porsi APBN adalah yang terbesar.

APBN memang tidak hanya menyumbang dalam konsumsi tetapi juga belanja modal. Belanja modal dijelaskan Kemenkeu telah mengalami peningkatan signifikan pada bulan Mei dibanding April 2025. Namun secara kumulatif selama 5 bulan sebenarnya masih tercatat kontraksi dibanding tahun 2024.

Hal lain yang perlu dicermati adalah soal belum adanya keputusan dan publikasi resmi tentang kebijakan efisiensi anggaran. Kontraksi belanja negara dan komponennya belum mencerminkan upaya efisiensi. Bisa dikatakan lebih karena pemblokiran atas berbagai rencana belanja, dibanding realokasi baru yang resmi.

Ketidakpastian alokasi belanja berpengaruh pada dinamika ekonomi, mengingat sebagian pelaku merupakan rekanan Pemerintah. Kondisi demikian yang justeru membayangi realisasi belanja sampai dengan 31 Mei 2025. Maka, sangat berlebihan klaim sebagai belanja ekspansif, terukur dan terarah. 

defisit realisasi 31 mei 2025 pembiayaan utang

Ekspansif Mesti Memperhitungkan Sumber Pembiayaan Utang

Meskipun defisit hanya sebesar Rp21 triliun, namun pembiayaan utang telah mencapai Rp349,3 triliun. Jauh lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu Rp132,16 triliun (2024), Rp150,39 triliun (2023), dan Rp90,97 triliun (2022). Hampir setara dengan saat pandemi tahun 2020 yang mencapai Rp360,66 triliun.

Secara persentase dari rencana pembiayaan utang, kinerjanya merupakan 45,02% dari target setahun sebesar Rp775,87 triliun. Persentase paling tinggi selama kurun waktu serupa pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu: 20,4% (2024), 21,6% (2023), 9,3% (2022), 28% (2021), 35,8% (2020).

Dengan kata lain, Pemerintah telah berutang lebih banyak dan jauh melampaui kebutuhan untuk menutupi defisit. Dalam berbagai kesempatan, Kemenkeu menjelaskannya sebagai strategi “front loading” dan diklaim memenuhi target pembiayaan secara on-track. Alasan yang dikemukakan berupa cost of fund tetap efisien dan risiko yang terus dimitigasi.

Padahal, selama beberapa bulan terakhir tahun 2025 ini justeru biaya utang terbilang lebih tinggi dari biasanya. Yield Surat Berharga Negara nyaris selalu di atas rata-rata tingkat historisnya selama ini.

Pemerintah memaksakan berutang lebih banyak dan segera, yang bisa diartikan ekspektasi bulan-bulan mendatang akan lebih buruk. Sekurangnya, biaya utang yang mesti dibayar bertambah karena kurun waktu. 

Perlu difahami bahwa pembiayaan utang yang diinformasikan merupakan nilai neto, atau setelah memperhitungkan utang pokok yang jatuh tempo. Berbagai judul pemberitaan media tampak kurang presisi dalam hal ini. Penarikan utang baru lebih besar dari pembiayaan utang, dan tidak disampaikan secara jelas besarannya oleh Kemenkeu.

Dalam penarikan utang baru, sumber terbesarnya adalah penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Porsi terbesar dari SBN adalah yang berdenominasi rupiah atau dikenal pula sebagai SBN domestik. Pembeli atau pemilik SBN domestik ini berasal dari pelaku asing dan domestik.

Kepemilikan asing atas SBN Domestik yang diperdagangkan hingga akhir Mei hanya 14,56%, atau tidak jauh berbeda dari akhir Desember 2024 yang sebesar 14,52%. Kepemilikan domestik, termasuk Bank Indonesia dan bank umum adalah yang utama. Artinya, sumber pembiayaan utang pemerintah yang terbesar adalah dari dalam negeri.

Terlepas dari risiko pembiayaan yang tampak lebih rendah dibanding dimiliki mayoritas oleh asing, timbul soalan lain. Dana yang diserap oleh Pemerintah tersebut tidak bisa dipakai oleh pihak swasta untuk berinvestasi. Persoalannya apakah belanja dan pengeluaran pemerintah bisa dipastikan akan lebih efektif menggerakkan perekonomian dibanding jika dilakukan oleh swasta.

Pengeluaran Pemerintah jelas amat diperlukan, dan boleh saja sebagian dibiayai oleh utang. Namun jika telah melampaui batas tertentu dan menghambat sumber pembiayaan swasta, dikenal istilah “crowding out”. Apalagi jika ternyata pengeluaran Pemerintah itu tidak efektif, maka jelas tidak bisa diklaim sebagai APBN yang ekspansif. []

Tags: apbn 2025defisit anggaranMenteri Keuangan
ShareTweetSend

Pos Terkait

utang pemerintah makin membebani
Analisis

Surplus Bank Indonesia Meningkat Saat Ekonomi Bergejolak

26/06/2025
Infrastruktur
Analisis

Orang Miskin Lebih Banyak Dari Yang Tidak Miskin

23/06/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Efisiensi Belanja Harus Lebih Jelas

19/06/2025
Infrastruktur
Analisis

Alarm Peringatan Turunnya Pendapatan Negara

18/06/2025
Infrastruktur
Analisis

Penjualan Eceran Turun Karena Pelemahan Daya Beli

16/06/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Masyarakat Makin Sulit Memperoleh Pekerjaan Diungkap Survei Bank Indonesia

15/06/2025

Terkini

utang pemerintah makin membebani
Analisis

Surplus Bank Indonesia Meningkat Saat Ekonomi Bergejolak

Oleh Awalil Rizky
26/06/2025

Bank Indonesia mencatatkan rekor surplus

BacaDetails
Infrastruktur

Orang Miskin Lebih Banyak Dari Yang Tidak Miskin

23/06/2025
Infrastruktur

Defisit Tidak Selalu Berarti Ekspansif

19/06/2025
utang pemerintah makin membebani

Efisiensi Belanja Harus Lebih Jelas

19/06/2025
Infrastruktur

Alarm Peringatan Turunnya Pendapatan Negara

18/06/2025

Panel Interaktif

Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah?
Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah?
Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri?
Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri?
Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur?
Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur?
Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia
Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia
Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi?
Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi?
Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah
Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah
Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket?
Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket?
Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa?
Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa?
Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir
Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir
Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023
Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial
Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024
Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024
Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa?
Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa?
Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang
Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Disclaimer

Barisandata.co © 2024 hak cipta dilindungi undang-undang.

Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah

Barisandata.co © 2024 hak cipta dilindungi undang-undang.

Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah? Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri? Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur? Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi? Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket? Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa? Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024 Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa? Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?