Barisandata.co
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisandata.co
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil

Beranda » Kebijakan Bank Indonesia Ikut Menurunkan Daya Beli

Kebijakan Bank Indonesia Ikut Menurunkan Daya Beli

16/04/2025
Waktu membaca: 4 menit
A A
utang pemerintah makin membebani

Awalil Rizky (Foto: Barisandata/Thomi).

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Di balik inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil, tersimpan kebijakan moneter yang diam-diam menyedot daya beli rakyat kecil.

Oleh: Awalil Rizky
(Ekonom Bright Institute)

BANK INDONESIA merupakan otoritas yang menjalankan kebijakan moneter dan bersifat independen sejak tahun 1999. Tujuan utama kebijakan moneter dikatakan untuk mencapai stabilitas nilai Rupiah. Kadang ditambah memelihara stabilitas sistem pembayaran dan menjaga stabilitas sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Stabilitas nilai Rupiah dijelaskan sebagai kestabilan harga barang dan jasa serta nilai tukar Rupiah. Kestabilan harga barang dan jasa secara umum diukur dari inflasi yang rendah dan stabil. Sedangkan kestabilan nilai tukar diukur dari nilai rupiah terhadap mata uang negara lain.

Salah satu instrumen pokok kebijakan moneter Bank Indonesia adalah Operasi Moneter (OM). OM bertujuan mendukung pencapaian stabilitas moneter yang dilaksanakan di pasar uang dan pasar valas secara terintegrasi.

OM terutama dilakukan dengan mengendalikan suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) overnigh​t. Pengendalian dimaksud agar bergerak di sekitar suku bunga kebijakan Bank Indonesia yaitu BI-Rate dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah agar bergerak stabil sejalan dengan nilai tukar fundamental.

Pengelolaan likuiditas di pasar uang Rupiah dilakukan dengan cara absorpsi likuiditas dan injeksi likuiditas. Sedangkan untuk menjaga nilai tukar agar sejalan dengan nilai tukar fundamental, OM dilakukan melalui pelaksanaan intervensi dan atau transaksi valas lainnya di pasar valuta asing. OM terdiri dari Operasi Pasar Terbuka dan Standing Facilities.

Operasi Moneter Bank Indonesia dilakukan secara konvensional dan ada yang berdasarkan prinsip syariah. Keduanya memiliki berbagai instrumen kebijakan, baik yang absorsi ataupun injeksi. Sejauh ini nilai yang konvensional jauh lebih besar, selalu mencapai kisaran lebih dari 90%. 

Instrumen OM konvensional yang bersifat absorpsi atau menyerap likuditas perekonomian, terutama dari perbankan, antara lain: Serifikat Bank Indonesia (SBI), Term Deposit (TD), Reverse Repo SBN, Sertifikat Deposit Bank Indonesia (SDBI), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan Deposit Facility. Instrumen Syariah antara lain: Serifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Sukuk BI, Reverse Repo SBSN, dan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS).

Sedangkan yang bersifat injeksi atau menggelontorkan likuditas secara konvesional, terutama melalui perbankan antara lain: Repo dan Lending Facility. Instrumen Syariah antara lain: Repo SBSN dan Financing Facility.

bank indonesia daya beli masyarakat

Arah Kebijakan Operasi Moneter yang Absorptif

Operasi moneter Bank Indonesia selama lebih dua dekade terakhir lebih bersifat absorpsi atas likuiditas perekonomian. Terlihat dari nilai neto operasi moneter bersifat absorpsi, dan didukung oleh lebih banyaknya instrumen dibanding yang bersifat injeksi. 

Arah kebijakan demikian makin tampak selama lima tahun terakhir, dan melonjak pada tahun 2024. Posisi OM yang menyerap meningkat drastis dari Rp297,49 triliun pada akhir 2019 menjadi Rp694,01 triliun pada akhir 2020 dan Rp881,27 triliun pada akhir 2021. Sempat sedikit menurun pada 2022 dan 2023, namun kembali melonjak menjadi Rp945,56 triliun pada akhir 2024.

Kondisi terkini pun masih berposisi absorpsi yang bernilai besar, mencapai Rp922,58 triliun per 31 Maret 2025. Sebagai tambahan informasi, beberapa instrumen tidak dipakai lagi atau sedang dalam posisi nihil. Instrumen bernilai besar antara lain: SRBI (Rp891,13 triliun), Repo (Rp165,31 triliun), Deposit facility (Rp103,49 triliun), dan Sukuk BI (64,48 triliun).

Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) adalah surat berharga berdenominasi rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa surat berharga milik Bank Indonesia. SRBI yang kini masih beredar bertenor 6, 9, dan 12 bulan. Sekitar 25% nya dimiliki oleh pihak asing.

Dari berbagai narasi kebijakan Bank Indonesia, alasan utama operasi moneter adalah menjaga tingkat inflasi. Biasa pula ditekankan menjaga faktor stabilitas kondisi keuangan. Dengan demikian bisa ditafsirkan, kebijakan ini merupakan salah satu penyebab rendahnya inflasi selama beberapa tahun terakhir.

Akan tetapi, ekonom bisa mengartikan sebagai kurangnya dorongan pada pertumbuhan ekonomi, termasuk penciptaan lapangan kerja. Ekonom pun dapat mengkritik kebijakan ini yang membuat bank menjadi “malas” menyalurkan ke sektor riil.

Menariknya, pada saat bersamaan, kepemilikan Bank Indonesia makin banyak atas SBN domestik, mencapai Rp1.547,41 triliun atau 24,62% dari total per 10 April 2025. Dengan demikian, BI memberi utang kepada Pemerintah, namun berutang pada Bank dan pihak asing.

Bisa saja ditafsirkan bahwa BI menilai uang lebih berguna disalurkan ke Pemerintah dibanding ke sektor riil melalui Bank. Secara teknis tampak pula bahwa BI mengeluarkan tambahan biaya operasi moneter, karena hasil dari SBN Pemerintah lebih rendah dari yang harus dibayar untuk SRBI.

Stabilitas keuangan sejauh ini bisa dijaga dengan pola kebijakan demikian. Antara lain diindikasikan oleh inflasi yang rendah, serta harga SBN yang masih “wajar” atau yield yang terkendali. Harga SBN terkait erat dengan solvabilitas Bank dan Dana Jaminan Sosial seperti BPJS, serta dana haji. 

Bagaimanapun, kondisi yang demikian membuat ruang kebijakan moneter dan juga fiskal makin sempit. Pada saat ketidakpastian meningkat dan perekonomian cenderung melemah, mestinya otoritas ekonomi (Pemerintah dan Bank Indonesia) lebih bersikap “countercyclical”. Namun, daya untuk itu cenderung makin lemah.

Penulis berpandangan lebih jauh bahwa melemahnya daya beli masyarakat kelas bawah dan bahkan kelas menengah diperparah oleh arah kebijakan demikian. Pada saat bersamaan, kondisi keuangan kelas menengah atas dan kelas atas dapat saja lebih diuntungkan. Mereka lah yang memiliki uang untuk dialokasikan pada berbagai instumen investasi keuangan yang memberi hasil makin tinggi. []

Tags: Bank IndonesiaDaya BeliInflasi
Share2Tweet1Send

Pos Terkait

Infrastruktur
Analisis

Defisit Tidak Selalu Berarti Ekspansif

19/06/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Efisiensi Belanja Harus Lebih Jelas

19/06/2025
Infrastruktur
Analisis

Alarm Peringatan Turunnya Pendapatan Negara

18/06/2025
Infrastruktur
Analisis

Penjualan Eceran Turun Karena Pelemahan Daya Beli

16/06/2025
utang pemerintah makin membebani
Analisis

Masyarakat Makin Sulit Memperoleh Pekerjaan Diungkap Survei Bank Indonesia

15/06/2025
Pertanian
Analisis

Kontribusi Tenaga Kerja Indonesia Berpotensi Diimbangi Tenaga Kerja Asing

09/06/2025

Terkini

Infrastruktur
Analisis

Defisit Tidak Selalu Berarti Ekspansif

Oleh Awalil Rizky
19/06/2025

Pemerintah mengklaim defisit kecil

BacaDetails
utang pemerintah makin membebani

Efisiensi Belanja Harus Lebih Jelas

19/06/2025
Infrastruktur

Alarm Peringatan Turunnya Pendapatan Negara

18/06/2025
Infrastruktur

Penjualan Eceran Turun Karena Pelemahan Daya Beli

16/06/2025
utang pemerintah makin membebani

Masyarakat Makin Sulit Memperoleh Pekerjaan Diungkap Survei Bank Indonesia

15/06/2025

Panel Interaktif

Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah?
Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah?
Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri?
Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri?
Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur?
Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur?
Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia
Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia
Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi?
Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi?
Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah
Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah
Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket?
Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket?
Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa?
Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa?
Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir
Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir
Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023
Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial
Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024
Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024
Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa?
Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa?
Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang
Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Disclaimer

Barisandata.co © 2024 hak cipta dilindungi undang-undang.

Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Kajian Utama
  • Ekonopedia
  • Indikator
  • Analisis
  • Khazanah

Barisandata.co © 2024 hak cipta dilindungi undang-undang.

Kenapa Sektor Industri Kita Tak Kunjung Maju? Apa yang Salah? Pemerintah Serius Gak Sih Menggenjot Sektor Industri? Kok Makin Banyak Milenial yang Nganggur? Orang Berpendidikan Tinggi Susah Dapat Kerja di Indonesia Bisakah Indonesia Menikmati Bonus Demografi? Ada Jutaan Orang Indonesia Bekerja Tanpa Upah Masih Ingat Video Pak Jokowi Soal Ekonomi Meroket? Kejar Pertumbuhan Ekonomi di Atas 7%, Emang Pemerintah Bisa? Produksi Padi 2023 Terendah dalam 6 Tahun Terakhir Sektor-sektor Penyangga Pertumbuhan Ekonomi 2023 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Secara Spasial Cadangan Devisa Indonesia Menurun di Februari 2024 Indonesia Masuk Negara Upper Middle Income Countries, Lalu Apa? Luas Lahan & Produksi Padi Makin Berkurang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Layak Dibanggakan?