Indonesia pernah masuk menjadi negara menengah atas pada tahun 2019. Turun lagi menjadi negara berpendapatan menengah bawah pada tahun 2020 dan 2021.
PRODUK Domestik Bruto (PDB) Indonesia termasuk salah satu yang besar di dunia. Nilainya mencapai US$1,32 triliun pada tahun 2022—hanya ada sekitar 20 negara dengan PDB di atas US$1 triliun.
Namun meski mencerminkan total produksi ekonomi, PDB tidak memberikan informasi tentang nilai produksi ekonomi yang tersedia bagi setiap individu. Negara dengan penduduk tidak terlalu banyak seperti Jepang, misalnya, punya PDB yang lebih besar dari Indonesia, padahal Indonesia berpenduduk lebih banyak.
Dalam konteks inilah banyak asesmen ekonomi kemudian menggunakan nilai PDB per kapita demi mencari gambaran kondisi ekonomi yang lebih mendekati kenyataan. PDB per kapita didapat dari nilai PDB dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan.
PDB per kapita Indonesia pada tahun 2022 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp17,04 juta. PDB atau Gross Domestic Product (GDP) per kapita Indonesia dalam publikasi Bank Dunia sebesar US$4.788.
Bank Dunia juga menyajikan perhitungan PDB (GDP) per kapita berdasar apa yang disebut dengan purchasing power parity (PPP). Nilai GDP per kapita nominal tadi disesuaikan dengan paritas daya beli.
Satu dolar dimaksud dalam data PPP disetarakan dengan daya beli satu dolar di Amerika Serikat. Tentu berdasar metodologi dan kajian tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
GDP PPP per kapita Indonesia ternyata melonjak signifikan dibanding secara nominal, menjadi sekitar tiga kali lipatnya. Nilainya pada tahun 2022 sebesar US$14.658. Terutama dikarenakan tingkat harga barang dan jasa secara umum atau biaya hidup yang relatif lebih rendah dibanding banyak negara lain.
Sebagaimana dijelaskan dalam tulisan berikut, PDB memakai konsep wilayah, sehingga termasuk produksi oleh nonpenduduk atau pihak asing di Indonesia. Dan tidak termasuk produksi penduduk Indonesia di luar negeri. Konsep yang mengeluarkan faktor luar negeri neto disebut sebagai Produk Nasional Bruto (PNB), yang kini oleh Bank Dunia disebut Gross National Income (GNI).
GNI sama saja dengan GDP. Ada GNI nominal, GNI per kapita, serta GNI berdasar paritas daya beli (PPP). Untuk kasus Indonesia, GNI nya sedikit lebih rendah dari GDP, karena faktor neto luar negeri bernilai minus. Pendapatan atau produksi asing di Indonesia melebihi produksi penduduk Indonesia di luar negeri.
Selain penyesuaian atas paritas daya beli, Bank Dunia mengenalkan metode atlas (atlas method) atas data GNI. GNI metode atlas menerapkan faktor konversi kurs yang memperhitungkan perbedaan tingkat inflasi antarnegara selama beberapa tahun pengamatan. GNI per kapita Indonesia berdasar metode atlas pada tahun 2022 sebesar US$4.580.
Data GNI per kapita metode atlas ini lah yang menjadi ukuran Bank Dunia mengelompokan berbagai negara menurut tingkat pendapatannya. Ada empat kelompok, yaitu negara-negara berpendapatan rendah (low-income), berpendapatan menengah bawah (lower-middle income), berpendapatan menengah atas (upper-middle income), dan negara berpendapatan tinggi (high-income).
Ukuran atau batas masing-masing klasifikasi tidak selalu sama tiap tahunnya, sering sedikit berubah. Sebagai contoh, klasifikasi berpendapatan menengah atas pada tahun 2021 adalah GNI per kapita metode atlas antara US$4.256 sampai dengan US$13.205. Sedangkan ukuran pada tahun 2022 antara antara US$4.466 sampai dengan US$13.845.
Atas dasar data GNI per kapita metode atlas itulah Indonesia pertama kalinya naik peringkat menjadi negara berpendapatan menengah atas pada tahun 2019. Sempat turun menjadi negara berpendapatan menengah bawah pada tahun 2020 dan 2021.
Pada tahun 2022 naik kembali menjadi negara berpendapatan menengah atas, dengan GNI per kapita sebesar US$4.580. Namun perlu dicermati bahwa masih sangat dekat dengan batas bawah kategori itu yang sebesar US$4.466.
Bagaimanapun, GNI per kapita metode atlas Indonesia masih berada di bawah rata-rata dunia yang sebesar US$12.868. Peringkatnya pun masih di bawah puluhan negara lain dan tidak termasuk yang mengesankan di wilayah ASEAN. []
Discussion about this post