Inflasi terjadi setidaknya lantaran tiga hal yakni penawaran, permintaan, dan ekspektasi.
WACANA teoritis dan berbagai kajian tentang faktor yang memengaruhi atau determinan dari inflasi terdiri dari tiga aspek atau sisi, yaitu: sisi penawaran atau suplai (cost push inflation), sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Kajian atas data jangka menengah dan panjang atas inflasi di Indonesia cukup mengonfirmasinya.
Cost push inflation terjadi ketika inflasi lebih disebabkan oleh tekanan dari sisi penawaran atau peningkatan biaya produksi. Penyebabnya antara lain: depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Depresiasi nilai tukar berarti nilai rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang asing, terutama atas dolar Amerika. Akibatnya harga barang impor terutama bahan baku atau penolong akan naik, sehingga meningkatkan biaya produksi dan pada akhirnya mendorong inflasi.
Dampak inflasi luar negeri artinya inflasi di negara mitra dagang yang utama atau di pasar global cenderung berdampak pada harga-harga impor. Sebagaimana kasus depresiasi nilai tukar akan meningkatkan biaya produksi dan mendorong inflasi di dalam negeri.
Faktor peningkatan harga komoditas yang diatur pemerintah adalah terkait dengan harga beberapa komoditas penting yang ditentukannya. Biasanya komoditas yang harganya diatur pemerintah memang memiliki hubungan erat dengan biaya produksi secara umum. Contohnya adalah harga jenis BBM tertentu dan tarif listrik.
Faktor negative supply shocks diartikan faktor yang memengaruhi penawaran. Contohnya akibat bencana alam atau gangguan dalam distribusi barang dan jasa. Biasanya mengurangi penawaran, yang berpotensi menyebabkan kenaikan harga.
Aspek demand pull inflation terutama karena tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Lazimnya, hal tersebut dapat mendorong kenaikan harga.
Sedangkan aspek ekspektasi Inflasi merupakan faktor yang dipengaruhi oleh persepsi dan harapan masyarakat serta pelaku ekonomi terhadap tingkatannya di masa depan. Faktor bisa memengaruhi keputusan konsumen, investor, dan pelaku ekonomi lainnya. Ekspektasi dapat cenderung bersifat adaptif atau forward looking.
Ekspektasi inflasi adaptif didasarkan pada pengalaman masa lalu atau data historis. Sedangkan ekspektasi inflasi forward-looking didasarkan pada analisis dan perkiraan terhadap faktor-faktor ekonomi dan kebijakan yang memengaruhi di masa depan.
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, faktor ekspektasi tecermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan dan penentuan upah minimum. Meski ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari besar keagamaan tetap meningkat.
Begitu pula saat kenaikan upah minimum, pedagang cenderung meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan. []