Stakeholder moneter Indonesia menegaskan akan terus memastikan stabilitas rupiah tetap terjaga.
NILAI tukar rupiah atas dolar Amerika cenderung melemah selama dua pekan terakhir, dan bertahan di atas Rp16.000. Pelemahan atas dolar Amerika memang dialami berbagai mata uang, terutama karena kondisi perekonomian dan keuangan global yang terdampak berbagai ketegangan geopolitik. Selain itu, ada kondisi ekonomi Amerika dan kebijakan the Fed hingga saat ini yang membuat dolar bertahan tinggi.
Sementara itu, kondisi perekonomian global masih menunjukkan ketidakpastian yang cukup tinggi. Beberapa negara telah memasuki resesi, atau sekurangnya mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Tantangan berbagai negara diprakirakan memberat pada bulan-bulan mendatang.
Bank Indonesia sebagai salah satu otoritas ekonomi menilai ekonomi Indonesia termasuk salah satu negara emerging market yang kuat dalam menghadapi dampak rambatan global hingga saat ini. Hal ini diklaim karena ditopang oleh kebijakan moneter dan fiskal yang pruden dan terkoordinasi erat. Salah satunya komitmen kuat Bank Indonesia untuk stabilisasi nilai tukar sebagai bagian memperkuat ketahahan eksternal.
Gubernur Bank Indonesia dalam Sidang IMF World Bank 18 April 2024 lalu menegaskan akan terus memastikan stabilitas rupiah tetap terjaga. Antara lain dengan intervensi valuta asing dan langkah-langkah lain yang diperlukan. Ditambahkan akan mengelola aliran portfolio asing yang ramah pasar, termasuk operası moneter yang pro-marketdan terintegrasi dengan pendalaman pasar uang.
Secara sederhana telah banyak dipahami bahwa nilai tukar rupiah atas dolar saat ini lebih ditentukan oleh dinamika pasar, atau faktor permintaan dan penawaran. Hal itu disebabkan Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang disertai sistem devisa bebas.
Permintaan akan dolar di Indonesia terutama dipengaruhi oleh kebutuhan untuk pembayaran impor barang dan jasa, serta pembayaran kewajiban utang luar negeri pemerintah dan swasta. Ada pula arus modal penduduk Indonesia yang berinvestasi keluar. Sedangkan faktor yang dalam kondisi normal relatif kecil dan stabil, namun dapat meningkat saat ketidakpastian adalah tindakan spekulasi.
Sedangkan penawaran terutama dipengaruhi oleh penerimaan dari ekspor barang dan jasa, serta arus modal asing masuk. Arus modal asing ini antara lain penerimaan utang luar negeri pemerintah dan swasta, serta investasi asing. Kadang terjadi pula arus modal penduduk Indonesia di luar kembali masuk.
Meski menganut sistem nilai tukar mengambang dan sistem devisa bebas, Bank Indonesia tampak cukup sering melakukan intervensi di pasar valuta asing. Bank Indonesia melakukan operasi moneter yang dianggap mereka diperlukan untuk kestabilan.
Dengan demikian, Bank Indonesia secara praktis cukup memengaruhi penawaran dolar di pasar. Berbagai penjelasan Bank Indonesia menyebut kebijakan yang diambil tetap mengacu pada kondisi fundamental.
Kajian tentang faktor fundamental yang memengaruhi nilai tukar rupiah menyebut beberapa tiga faktor utama. Di antaranya adalah kondisi neraca pembayaran, kondisi pasar aset, dan kondisi paritas. Ketiga faktor tersebut ditambahkan dengan dua aspek bisnis proses dan kelembagaan. Apakah tersedia pasar uang dan pasar modal yang kokoh dan likuid, serta apakah terdapat sistem perbankan yang aman sebagai pendukung perdagangan mata uang.
Kondisi NPI Tidak Terlampau Baik
Tulisan ini hanya menggambarkan faktor neraca pembayaran Indonesia (NPI). NPI merupakan catatan transaksi internasional penduduk Indonesia dengan nonpenduduk secara keseluruhan dalam sudut pandang Indonesia. Ada transaksi yang bersifat penerimaan dan ada yang bersifat pembayaran.
Alat pembayarannya berupa devisa. Saldo NPI tiap akhir tahun merupakan faktor utama dalam penambahan atau pengurangan posisi cadangan devisa. Surplus akan menambahi, sedang defisit akan mengurangi.
Selama periode 1981–1996 dialami surplus sebanyak 12 kali, dan defisit sebanyak 4 kali. Pada tahun 1997 dan 1998 dialami defisit yang lebar. Selama periode tahun 1999–2023 dialami surplus sebanyak 17 kali dan defisit 7 kali. Pada tahun 2023 dialami surplus sebesar US$6.301 juta.
Bagaimanapun, kondisi surplus NPI selama beberapa tahun terakhir tidak lagi sebesar sebelumnya. Dengan demikian, laju penambahan devisa pun agak berkurang.
Pada prinsipnya terdapat dua kelompok transaksi dalam NPI. Kelompok pertama adalah transaksi yang tidak mengakibatkan hak dan kewajiban lagi di waktu mendatang setelah transaksi selesai. Kelompok transaksi ini dicatat dalam transaksi berjalan.
Penambahan atau pengurangan devisa akibat kelompok transaksi ini bisa dikatakan bersifat final. Cadangan devisa yang tersisa jika ada benar-benar merupakan milik sendiri.
Selama era tahun 2012–2020 kondisi Transaksi Berjalan selalu mengalami defisit. Pada tahun 2021 dan 2022 mengalami surplus. Pada tahun 2023 kembali mengalami defisit. Sebagai catatan, pada era 1998–2011 selalu mengalami surplus. Sebelumnya lagi, tahun 1981–1997 selalu mengalami defisit.
Kelompok kedua merupakan transaksi yang berdampak pada hak dan kewajiban di waktu mendatang, disebut sebagai Transaksi Finansial. Baik yang bersifat utang piutang ataupun bersifat investasi. Sebagai contoh hak dan kewajiban itu berupa pengembalian pokok utang, pembayaran bunga utang, pembayaran keuntungan, dan hal lain yang serupa.
Nilai bersih dari transaksi finansial selama ini hampir selalu bersifat arus masuk bersih. Lebih banyak modal finansial yang masuk dibandingkan yang keluar. Nilai surplus nya menurun signifikan pada tahun 2020 dan 2021, dan kemudian mengalami defisit sebesar US$9,16 miliar pada tahun 2022.
Transaksi Finansial selama setahun pada tahun 2023 kembali mencatatkan surplus atau arus masuk bersih sebesar US$8,70 miliar. Meski demikian, nilai surplus ini belum terbilang besar dibanding pada tahun-tahun yang lampau.
Dari uraian di atas, kondisi neraca pembayaran Indonesia sebagai salah satu faktor fundamental nilai tukar rupiah terindikasi tidak terlampau kuat. Sekurangnya tidak seperti beberapa tahun lampau. Penambahan cadangan devisa karena faktor ini terjadi lebih sedikit bahkan terancam berisifat mengurangi pada tahun 2024 dan tahun 2025. []