Penduduk Indonesia lebih banyak memakai atau membayar jasa asing dibandingkan sebaliknya.
SEBAGAIMANA barang, sebagian jasa-jasa yang diproduksi penduduk Indonesia dipakai oleh penduduk asing. Sebaliknya, terdapat produksi asing yang dipergunakan oleh penduduk Indonesia. Terjadi transaksi perdagangan internasional yang perkembangannya dapat dicermati dari sudut pandang Indonesia.
Bank Indonesia secara rutin menyajikan data transaksi tersebut, yang disebut sebagai Neraca Jasa-Jasa (Services). Neracanya mencakup berbagai transaksi jasa antara penduduk Indonesia dengan penduduk negara lain. Baik yang bersifat ekspor atau menjual dan menghasilkan devisa. Maupun yang bersifat impor, memakai atau membeli yang berakibat pengeluaran devisa.
Saat ini Bank Indonesia mengklasifikasi Jasa-Jasa ke dalam 12 kategori, antara lain: jasa manufaktur, jasa pemeliharaan dan perbaikan, transportasi, perjalanan, jasa konstruksi, jasa asuransi dan dana pensiun, jasa keuangan, biaya penggunaan kekayaan intelektual, jasa telekomunikasi, komputer, dan informasi, jasa bisnis lainnya, jasa personal, kultural, dan rekreasi, dan jasa pemerintah.
Neraca Jasa-Jasa Indonesia mengalami defisit sebesar US$17,92 miliar selama tahun 2023. Dihitung dari penerimaan sebesar US$33,43 miliar dan pembayaran sebesar US$51,35 miliar.
Neraca jasa-jasa Indonesia memang selalu mengalami defisit, penduduk Indonesia impor jasa atau membayar jasa asing lebih banyak, dibandingkan sebaliknya. Nilai defisitnya berfluktuasi.
Terdapat delapan jenis jasa yang mengalami defisit pada tahun 2023. Kelompok jasa yang menyumbang defisit terbanyak adalah Jasa Transportasi sebesar US$8,73 miliar. Berikutnya adalah: Jasa bisnis lainnya US$4,07 miliar, Jasa telekomunikasi, komputer dan informasi US$2,72 miliar, dan Biaya penggunaan kekayaan intelektual US$2,29 miliar.
Dalam hal impor jasa transportasi, pembayaran terbesar adalah untuk jasa transportasi barang yang mencapai US$9,92 miliar. Pembayaran ini terutama terkait dengan perkembangan impor barang. Ini menggambarkan pula bahwa industri pengangkutan kita dalam hal kapal laut dan pesawat kargo masih belum cukup kuat.
Salah satu jenis jasa yang perlu dicermati serius adalah jasa bisnis lainnya yang pembayarannya cenderung terus alami kenaikan. Sedangkan dalam hal penerimaan tidak mengalami kenaikan yang berarti. Jasa bisnis lainnya ini antara lain berupa: broker komoditas, dealer, dan agen komisi perdagangan, hukum, akuntansi, konsultasi manajemen, dan semacamnya.
Begitu pula dengan jasa telekomunikasi, komputer, dan informasi. Defisitnya terus meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Sebagian kelompok jasa lagi cenderung mengalami surplus. Terdapat empat kelompok jasa yang mengalami surplus pada tahun 2023. Antara lain: Jasa Perjalanan sebesar US$2,32 miliar, Jasa Manufaktur sebesar US$733 juta, Jasa Pemerintah sebesar US$279 juta, Jasa Personal, Kultural dan rekreasi sebesar US$48 juta. []